4 Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Apa sajakah peristiwa yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia? Jika diperhatikan ada 4 peristiwa penting yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia. Simak penjelasannya dibawah ini:
1. Hari menjelang proklamasi di
Jakarta
Perang
pasifik semakin berkobar. Dimana-mana pasukan Jepang mengalami kekalahan. Untuk
persiapan penyerahan kemerdekaan bangsa Indonesia dari Jepang, maka pada
tanggal 9 Agustus 1945 para pemimpin bangsa Indonesia yakni Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, dan Dr. Rajiman Widyodiningrat berangkat ke kota Dalat di Vietnam.
Dan
maksud keberangkatan itu ialah untuk membicarakan rencana kemerdekaan bangsa
Indonesia dengan pimpinan Jepang yakni Jendral Terauchi yang berpusat di Kota
Dalat. Jendral Teruchi yang menjadi panglima tertinggi tentara Jepang di Tokyo
telah memutuskan bahwa ia akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Kemudian
pada tanggal 14 Agustus 1945 ketiga tokoh pemimpin pergerakan Indonesia kembali
dari Dalat dan menuju ke Jakarta. Pada saat itu sebenarnya ada hal-hal yang
penting yang masih belum diketahui oleh ketiga tokoh tersebut, pasalnya memang
dengan sengaja tak diberitahukan oleh Jepang. Hal-hal yang di maksud tersebut ialah
sebagai berikut :
1)
Pada tanggal 6 Agustus 1945, tepatnya jam
08.15 pagi kota Hiroshim telah di jatuhi Bom atom oleh tentara sekutu. Lebih
dari 70.000 orang penduduk kota Hiroshima telah menjadi korban bom atom
tersebut.
2)
Pada tanggal 9 Agustus 1945 bom
atom yang kedua kembali dijatuhkan oleh Amerika Serikat di kota Nagasaki. Dan
akibat ledakan tersebut lebih dairi 75.000 orang penduduk Jepang Nagasaki
menjadi korban.
Pemimpin
angkatan perang Jepang, terutama Kaisar Jepang yakni Hirohito, berkesimpulan
bahwa tentara Jepang tak mungkin lagi mampu meneruskan peperangan. Demi untuk
menghindari rakyat Jepang dari kehancuran, maka pada tanggal 14 Agustus 1945
kaisar memerintahkan untuk menghentikan perang dan mengakui ke kalahan Jepang.
Dan
berita tentang ke kalahan tentara Jepang masih sangat di rahasiakan. Semua
radio telah di segel oleh Pemerintah Jepang. Namun ada seseorang secara
sembunyi-sembunyi mendengar barita tentang kekalahan Jepang tersebut. Di
antaranya ialah Sutan Syahrir.
Sutan
Syahrir yang terlebih dahulu mengetahui kekalahan Jepang dari Sekutu segera menemui
Bung Hatta yang baru saja kembali dari Dalat (Saingon, Vietnam). Sutan Syahrir
pun mendesak agar kemerdekaan Indonesia segera di proklamasikan. Kemudian
kemudian bung Hatta beserta Sutan Syahrir menuju rumah kediaman Bung Karno di
jalan Pegangsaan Timur no.56 jakarta. Sutan Syahrir kembali mendesak Bungk
Karno dan Bung Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Bung
Karno dan Bung Hatta pun menolak untuk mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia tanpa betemu dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. Bung Karno dan Bung Hatta pun
berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus di capai tanap pertumpahan darah.
Kemudian
pada tanggal 15 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 17 jakarta, para pemuda
mengadakan suatu pertemuan. Dan pertemuan itu antara lain telah di hadiri oleh
Subadio, Subianti, Margono, Wikana, dan Armansyah. Pokok pembicaraan tersebut ialah
sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan secepat mungkin di umumkan ke
seluruh wilayah di Dunia.
Demam
Proklamsi pun telah melkita pemuda Indonesia. Mereka pun tak takut mati. Dan
mereka pun bersedia dan rela berkorban apa saja untuk mewujudkan kemerdekaan
Bangsa dan Tanah Airnya.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Seperti
yang telah diketahui diatas bahwa Demam Proklamasi telah melkita para pemuda
Indonesia. Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, utusan pemuda
yang terdiri dari Wikan, Darwis telah menghadap Bung Karno di Jalan Pegangsaan
Timur No. 56, Jakarta.
Wikana
pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno segera mengumumkan Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pad esok hari, yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung
Karno pun menolak tuntutan itu karena ai tak mau meninggalkan anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia lainnya. Apalagi anggota-anggota PPKI telah di
undang untuk bersidang.
Mendengar
penolakan Bung Karno itu, maka Wikana pun mengancam bahwa pada esok hari akan
terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara besar-besaran. Hal
tersebut pun membuat suasana menjadi tegang antara Bung Karno dan Pemuda, yang
di saksikan langsung oleh Bung Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Dr. Buntara, dan Mr.
Iwa Kusumasumantri.
Kemduan
pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta di bawa oleh sekelompok
Pemuda ke Rengasdengklok yakni ialah sebuah tempat di sebelah Timur kota
Jakarta. Maksud dan dan tujuan para pemuda membawa kedua pemimpin tersebut ialah
agar Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dengan secepatnya.
Bung
Karno dan Bung Hatta ialah sosok Pemimpin yang berwibawa besar dan berpendirian
teguh. Dan beliau pun tak amu dipaksa oleh para pemuda. Naumun beliau sangat
memahami maksuda dari para pemuda yang dibakar oleh kobaran semangat untuk
merdeka.
Kemudian
sementara itu di Jakarta telah tercapai kesepakatan antara Mr. Ahmad Subardjo
dari golonga tua dengan wikana dan Yusuf Kunto dari golongan untuk membawa
kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Kemudian pada hari Kamis tanggal
16 Agusutus 1945 tepatnya pukul 16.00 Sore, Mr. Ahmad Subardjo dengan di antar
oleh Yusuf Kunto menuju Rengasdengklok untuk menjemput kembali Bung Karno dan
Bung Hatta.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar
pukul 21.00 rombongan kemudian meninggalkan Rengasdengklok kembali ke Jakarta.
Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bungk Karno di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung
Karno), yang ikut di bawa ke Rengasdengklok.
Dan
pada malam itu pun, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di
rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu
terutama membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
3. Perumusan teks proklamasi
Rapat
yang berlangsung sepanjang malam itu baru berakhir sekitar pukul 04.00 pagi
menjelang sahur. Pada saat itu kebetulan bertempatan dengan bulan Ramadhan,
saat umat Islam sedang menjalankan ibada puasa. Laksamana Tadashi Maeda sendiri
ialah merupaka Perwira Tinggi Angkatan Laut Jepang, dan Ia ialah merupakan
kawan baik Mr. Ahmad Subardjo.
Dalam
rapat itu telah dirumuskan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Naskah
Proklamasi itu di rumuskan oleh tiga orang, yakni bung Karno, Bung Hatta, dan
Mr. Ahmad Subardjo. Dan yang menuliskan naskah Proklamasi ialah bung Karno.
Kemudian setelah selesai, Bung Karno pun membacakan teks itu dengan
perlahan-lahan agar peserta rapat yang hadir dapat mendengarnya dengan baik.
Bung
Karno menyarankan agar naskah proklamasi itu di tkita tangani oleh seluruh
peserta rapat yang hadir. Namun setelah diadakan musyawarah, telah disepakati
bahwa naskah Proklamasi itu itu di tkita tangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta
atas nama bangsa Indonesia. Kemudian naskah tulisan tangan Bung Karno itu di
ketik oleh Sayuti Melik.
Rapat
yang berlangsung pada sepanjang malam di rumah Laksamana Tadashi Maeda itu
telah berhasil merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Rapat pun
telah menytujui supaya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di umumkan pada pukul
10.00 esok hari pada tanggal 17 Agustus 1945.
4. Detik-detik menjelang Proklamasi
Kemerdekaan
Setelah
itu keesokan harinya, tepatnya hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00,
Ir. Soekarno didampingi oleh Drs. Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Dan peristiwa itu terjadi di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(yang sekarang menjadi jalan Proklamasi).
Setelah
Bung Karno mengucapkan pidato singkat, kemudian Bung Karno membacakan Naskah
Proklamasi kemerdekaan. Barisan pelopor dan para pemuda menyaksikan peristiwa
yang singkat dan penting itu dengan penuh hikmat.
Demikian penjelasan dalam artikel ini. Semoga dapat bermanfaat.
Baca Artikel Menarik Lainnya : Disini
Comments
Post a Comment